mengumumkan hasil survei yang dilakukan pada 18-30 Juni terhadap 6.050 guru SD, SMP, dan SMA mengenai persepsi mereka terhadap budaya profesi guru. Survei yang sama dilakukan di lembaga penelitian pada tahun 2004, namun
Peringkat di antara mereka berubah secara signifikan. Ketika ditanya mengenai penyebab stres pada guru, jawaban teratas tahun ini adalah ``Pelanggaran siswa dan protes/gangguan orang tua'' (39,8%). Sebaliknya pada tahun 2004
Tingkat respons untuk item ini adalah 11,6%, yang merupakan peringkat terendah. Pada saat itu, ``kelebihan pekerjaan'' menduduki peringkat pertama (29,7%). Pada tahun 2004, 'tugas rumah yang berlebihan dan kurangnya otonomi' disebut-sebut sebagai hambatan dalam melaksanakan kegiatan mengajar.
'Pelanggaran' merupakan yang tertinggi yaitu 57,0%, namun tingkat respons tahun ini hanya 2,6%. Survei tahun ini menemukan bahwa aspek positif dari profesi guru mencakup ``stabilitas pekerjaan'' (42,2%) dan ``masa liburan, dll.''
``Waktu yang tersedia untuk melakukan sesuatu'' (21,3%) masing-masing menduduki peringkat pertama dan kedua. Ketika ditanya pertanyaan yang sama 20 tahun yang lalu, 'keahlian kejuruan' (41,4%) dan 'pengakuan dan rasa hormat sosial' (22,3%) adalah jawaban yang paling sering dikutip.
. Jelas terlihat bahwa meskipun terdapat solidaritas di antara para guru dalam menanggapi perubahan yang terjadi setelah guru tersebut terbunuh saat menjalankan tugas di Sekolah Dasar Seoul Soi tahun lalu, terdapat pula rasa ketidakberdayaan yang meningkat. 'Gotong royong dan empati antar guru
57,3% menjawab ya. Namun, 71,5% responden menyatakan rasa kehilangan dan ketidakberdayaan dalam profesi guru semakin meningkat.
Menteri Pendidikan Umum mengatakan, ``Persepsi guru terhadap profesi guru jelas telah berubah selama 20 tahun terakhir. Akar dari perubahan ini adalah profesi guru.
“Kondisi sosial yang tidak mengakui keahlian dan pelanggaran yang tidak masuk akal terhadap hak mengajar yang tidak menghormati guru tersebar luas.”
2024/11/20 20:59 KST
Copyrights(C) Herald wowkorea.jp 83