Menurut pihak kepolisian dan pemadam kebakaran, insiden itu terjadi sekitar pukul 10:57 pagi di Chowon-dong, Gwanak-gu.
Laporan diterima bahwa empat orang telah ditikam dan pingsan di dalam sebuah kedai pizza. Tersangka adalah seorang pria berusia 40-an, Tn. A (41), yang merupakan pemilik kedai pizza tersebut. Ia menikam ketiga korban dengan pisau dan kemudian bunuh diri.
Ketiga korban dibawa ke rumah sakit terdekat segera setelah kejadian, tetapi semuanya meninggal dunia. Salah satu korban adalah Tn. B (49), seorang eksekutif di kantor pusat waralaba.
Dua orang lainnya diidentifikasi sebagai desainer interior Tn. C (60) dan putrinya, Ny. D (32). Tn. A telah berkonflik dengan kantor pusat waralaba mengenai masalah-masalah seperti desain interior toko, dan pada hari kejadian
Terungkap bahwa kejahatan tersebut dilakukan setelah terjadi bentrokan. Keluarga tersangka A telah menyatakan di berbagai media bahwa "tekanan tirani dan tidak adil dari kantor pusat (sebelum insiden) terlalu berat."
Mereka (keluarga Tuan A) menuturkan, "Kurang dari dua tahun, sejak pengerjaan interior dikerjakan oleh kontraktor yang ditunjuk kantor pusat, sudah terjadi kebocoran air, genteng retak, bahkan kulkas amblas.
Perusahaan tersebut awalnya mengatakan akan memperbaiki kerusakan, tetapi kemudian mengubah pendiriannya dengan mengatakan tidak akan memperbaiki kerusakan tersebut, yang berujung pada konflik."
Ia menambahkan, “Bahkan pada hari itu, sebuah pesan tentang cacat interior memicu
Insiden itu terjadi ketika kantor pusat waralaba dan perusahaan desain interior mengunjungi toko tersebut. "Keluarga Tuan A biasanya bercerita tentang kantor pusat waralaba pizza, dengan mengatakan, "(
"Bahkan sebelum insiden itu, tekanan tirani dan tidak adil dari kantor pusat sudah sangat parah. Biaya platform pengiriman sangat tinggi, dan kantor pusat mengambil terlalu banyak keuntungan dari para pewaralaba," ujarnya. "Selain itu, baru-baru ini,
"Kantor pusat datang ke A beberapa kali dan menuntut A untuk membuat set menu baru untuk 100 orang. Jika A membuat menu ini, mereka tidak akan mampu menutup biaya tenaga kerja dan malah akan merugi, sehingga A sangat menderita," ujarnya.
Perusahaan waralaba akan menerima 3 juta won (sekitar 320.000 yen) dari pemilik waralaba untuk biaya pelatihan dan 23 hingga 28 juta won (sekitar 235 hingga 285.000 yen) untuk peralatan dan perkakas dapur.
Terungkap bahwa perusahaan tersebut telah mengumpulkan biaya sebesar 10 juta yen, dan juga menerima biaya terpisah untuk biaya desain interior seperti pencahayaan, ubin, lantai, dan pekerjaan listrik.
Menanggapi tudingan tersebut, pimpinan kantor pusat waralaba pizza itu mengatakan, "Kami tidak menggunakan tirani dan tekanan.
"Kami baru beroperasi sekitar empat tahun sejak berdirinya perusahaan ini, tetapi kami belum pernah sekalipun meminta pemegang waralaba kami untuk mengubah interior mereka," ujarnya.
Ia menambahkan, "Toko yang dimaksud sudah buka hampir dua tahun, dan pemiliknya tidak sempat memeriksa interiornya sendiri, jadi ia hanya menyewa kontraktor murah. Setelah dua tahun, tidak jelas siapa yang bertanggung jawab."
"Konflik dengan perusahaan desain interior meningkat, dan seorang eksekutif dari kantor pusat pergi ke lokasi untuk memediasi konflik tersebut," jelasnya.
Ia juga mengatakan, "Toko yang dimaksud memiliki penjualan yang stabil dan merupakan salah satu pewaralaba yang baik dengan hubungan yang baik. Kantor pusatnya bertindak sewenang-wenang."
"Mustahil dia melakukan ini," kata polisi. Sementara itu, polisi dilaporkan berencana untuk menyelidiki detail kejadian tersebut setelah Tn. A menyelesaikan perawatan dan pulih, serta mempertimbangkan untuk mengajukan surat perintah penangkapan.
2025/09/03 21:33 KST
Copyrights(C) Edaily wowkorea.jp 78
