Ledakan dan tenggelamnya kapal tersebut dikabarkan telah merenggut nyawa lebih dari 540 orang. Namun, masih banyak misteri yang tersisa mengenai jumlah orang di dalamnya, jumlah korban, dan penyebab ledakan.
Pemerintah telah memberikan semua dokumen yang diyakininya dimilikinya, termasuk daftar nama yang terkait dengan insiden tersebut, kepada pemerintah Korea Selatan, yang telah menyatakan bahwa mereka akan menggunakan dokumen tersebut untuk memberikan bantuan kepada para korban dan menyelidiki kebenaran insiden tersebut.
Ukishima Maru adalah kapal pengangkut bekas Angkatan Laut Kekaisaran Jepang, dan pada malam 22 Agustus 1945, kapal ini berangkat dari pelabuhan Mutsu di Prefektur Aomori, membawa pekerja Korea dan keluarga mereka yang terlibat dalam pekerjaan konstruksi rel kereta api di Semenanjung Shimokita di Prefektur Aomori.
Kapal tersebut berangkat dari Minato dan sedang menuju Busan, Korea Selatan. Namun, pada tanggal 24, kapal tersebut tiba-tiba meledak dan tenggelam di Teluk Maizuru, di lepas pantai Shimosabaga di Kota Maizuru, tempat kapal tersebut singgah di sebuah pelabuhan.
Penyebab ledakan Ukishima Maru diduga adalah ranjau yang dipasang oleh militer AS, tetapi penyebab pastinya tidak diketahui.
Insiden ini awalnya tidak dilaporkan di Jepang, tetapi terungkap di media Korea bulan berikutnya. Pada tahun 1992, 80 penyintas dan keluarga korban Korea mengajukan gugatan terhadap pemerintah Jepang untuk menuntut kompensasi sekitar 2,8 miliar yen.
Gugatan class action diajukan terhadap penggugat, tetapi pada November 2004, Pengadilan Tinggi Ketiga memutuskan untuk menolak banding penggugat, dan putusan Pengadilan Tinggi Osaka (Mei 2003) yang menyatakan penggugat kalah total dalam kasus tersebut dikuatkan.
Menurut laporan Jepang, 524 warga Korea dan 25 warga Jepang tewas dalam ledakan dan tenggelamnya Ukishima Maru. Namun, para penyintas dan keluarga korban mengklaim bahwa Jepang sengaja meledakkan kapal tersebut dan jumlah korban tewas mencapai ribuan.
Pemerintah Jepang telah lama menyatakan bahwa daftar penumpang Ukishima Maru "tidak ada." Namun, tahun lalu, sebagai tanggapan atas permintaan pengungkapan informasi, beberapa daftar dirilis.
Kementerian menjelaskan bahwa terdapat "sekitar 70 dokumen" yang disebut "daftar" penumpang, dll. Pada bulan September, Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan memberikan beberapa daftar penumpang yang dimilikinya kepada pemerintah Korea Selatan.
Hingga Maret 2019, perusahaan tersebut telah menyerahkan total 75 dokumen kepada pemerintah Korea Selatan. Kementerian Dalam Negeri dan Keamanan Korea Selatan (Kementerian Dalam Negeri) telah menyerahkan dokumen-dokumen tersebut kepada para penumpang melalui Yayasan untuk Mendukung Korban Mobilisasi Paksa Penjajahan Jepang, yang berada di bawah naungan pemerintah Korea Selatan.
Kementerian saat ini sedang menganalisis daftar tersebut. Pada tanggal 13 bulan ini, kementerian mengadakan rapat laporan perkembangan untuk menjelaskan status analisis daftar tersebut kepada keluarga yang berduka. Menurut kantor berita Yonhap News, total 18.300 orang (sederhana) tercantum dalam daftar tersebut.
Kementerian Dalam Negeri dan Keamanan berupaya memilah tumpang-tindih dalam total (total), dan mengoreksi kesalahan penerjemahan.
Pada tanggal 22, upacara peringatan diadakan di Kota Mutsu, Prefektur Aomori, tempat Ukishima Maru berangkat, dan pada tanggal 24 di Kota Maizuru, tempat terjadinya ledakan dan tenggelamnya kapal.
Sebanyak 330 orang menghadiri pertemuan yang diadakan di monumen tersebut. Shigeru Shinada, ketua "Perkumpulan Peringatan untuk Para Martir Ukishima Maru", yang menyelenggarakan pertemuan tersebut, mengatakan, "Bahkan hingga kini, 80 tahun kemudian, masih banyak masalah yang belum terselesaikan seputar tenggelamnya Ukishima Maru."
"Kita memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan masalah-masalah ini," ujarnya. Ketua Shinada juga berbicara di Kota Maizuru pada tanggal 12 bulan lalu, dengan mengatakan, "Untuk persahabatan sejati antara Jepang dan Korea, penting untuk menyelidiki fakta-fakta sejarah."
Sementara itu, 280 jenazah korban yang belum diklaim masih disemayamkan di Kuil Yutenji di Nakameguro, Tokyo. Pada tanggal 28 bulan lalu, tiga organisasi, termasuk asosiasi tersebut, mengumumkan akan mengembalikan jenazah tersebut ke negara asal mereka.
Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan telah mengajukan permohonan untuk memulangkan jenazah ke negara tersebut. Menurut Kyoto Shimbun, permohonan tersebut menunjukkan bahwa 80 tahun telah berlalu sejak berakhirnya perang dan keluarga yang ditinggalkan semakin menua. Pemerintah akan mengadakan diskusi yang diperlukan melalui jalur diplomatik untuk memulangkan jenazah tersebut.
Artikel tersebut juga mengutip pernyataan keluarga yang berduka, "Kami ingin membawa jenazah kami kembali ke tanah air sebelum kami meninggal."
2025/08/28 11:15 KST
Copyrights(C)wowkorea.jp 2