Pada tanggal 10, keluarga korban bencana pesawat penumpang Jeju Air yang terjadi di Bandara Muan pada tanggal 29 Desember tahun lalu mengumumkan bahwa
Ia menerbitkan surat kepada Presiden yang menyatakan, "Presiden yang mengatakan akan 'membangun masyarakat yang aman' kini telah mengambil inisiatif untuk mengungkap kebenaran."
Keluarga yang ditinggalkan mengatakan, "Ini adalah hilangnya nyawa terbesar dalam sejarah penerbangan domestik, tetapi kita perlu menyelidiki kebenarannya secara menyeluruh.
"Bencana itu sudah diprediksi 20 tahun lalu, saat bukit itu masih dalam tahap pembangunan, dan Bandara Muan yang dibangun di kawasan burung migrasi tidak dikelola dengan baik," tulisnya.
Keluarga korban menulis, "Jeju Air memiliki 39 pesawat dengan model yang sama dengan yang terlibat dalam kecelakaan.
"Kita harus menyelidiki secara menyeluruh riwayat pilot dan apakah ada kelalaian dari pihak pilot," katanya. Akhirnya, ia meminta pertemuan dengan Presiden Lee dan berkata, "Sampai kebenaran terungkap, pilot tidak akan dapat meninggalkan Bandara Internasional Muan, yang telah ditutup."
"Saya berharap presiden akan turun tangan untuk melindungi nyawa dan keselamatan rakyat," katanya. Pesawat Jeju Air dengan nomor penerbangan 7C2216, yang berangkat dari Bangkok, Thailand, jatuh pada pagi hari tanggal 29 Desember tahun lalu.
Sekitar pukul 9:03 pagi, pesawat tersebut berupaya mendarat darurat di Bandara Internasional Muan, tetapi bertabrakan dengan penentu lokasi beton berbentuk bukit dan meledak. 179 dari 181 orang di dalamnya tewas dalam kecelakaan pesawat penumpang tersebut.
2025/06/10 20:53 KST
Copyrights(C) Herald wowkorea.jp 83