韓国野党の大統領選候補「李在明氏は当選しても『無効・職位喪失』のおそれ」
Calon presiden oposisi Korea Selatan Lee Jae-myung khawatir pemilihannya tidak sah dan jabatannya akan hilang
Pada tanggal 3, Lee Jun-seok, kandidat presiden berikutnya dari partai oposisi Korea Selatan "Partai Reformasi," mengumumkan bahwa Lee Jae-myung, kandidat presiden berikutnya dari partai oposisi terbesar "Partai Demokratik Korea," akan menjadi orang pertama yang mencalonkan diri dalam pemilihan jabatan publik.
Setelah Mahkamah Agung menyatakannya bersalah atas pelanggaran hukum, membatalkan pembebasan pada persidangan kedua, dan mengembalikan kasus tersebut ke Pengadilan Tinggi Seoul untuk ditinjau lebih lanjut, kritik terhadap lembaga peradilan semakin meningkat di dalam Partai Demokrat.
“Ini selalu merupakan tindakan politik yang berbahaya dan tidak konstitusional.” Kandidat Lee Jun-seok mengatakan di Facebook hari itu, “Saat ini, karena pelanggaran Undang-Undang Pemilihan Kantor Publik yang melibatkan kandidat Lee Jae-myung,
"Kontroversi seputar Pasal 84 Konstitusi, atau 'klausul kekebalan presiden dari penuntutan', secara bertahap meningkat," tulisnya. Kandidat Lee Jun-seok berkata, "Kontroversi ini tidak pernah sengaja ditimbulkan dari luar.
"Ini bukan kasus kandidat Lee Jae-myung yang telah menghadapi berbagai persidangan selama beberapa tahun terakhir, dan khususnya putusan bersalah baru-baru ini oleh Mahkamah Agung, yang merupakan kasus yang dibuatnya sendiri," katanya.
Ia melanjutkan, "Dalam situasi seperti ini, bahkan jika kandidat Lee Jae-myung mencalonkan diri sebagai presiden dan menang, ada risiko bahwa pemilihannya akan dibatalkan atau ia akan langsung kehilangan jabatannya."
"Ada kekhawatiran bahwa hal ini tidak hanya dapat mengakibatkan pemborosan biaya pemilu hingga ratusan miliar won, tetapi juga kekosongan politik nasional, kekacauan politik, dan bahkan perpecahan sosial yang mendekati perang saudara," katanya.
"Yang lebih serius adalah bahwa kandidat Lee Jae-myung dan Partai Demokrat belum menunjukkan niat untuk menyelesaikan sengketa hukum ini secara adil, tetapi malah mengancam untuk 'menetralisir badan peradilan.'"
"Fakta bahwa ia telah membuat pernyataan-pernyataan yang menggelikan dan bahkan membuat klaim-klaim yang mengingkari sistem pemisahan kekuasaan menunjukkan bahwa ia sama sekali tidak punya niat untuk menegakkan Konstitusi," katanya.
Saya memilihnya.
2025/05/03 15:33 KST
Copyrights(C) Herald wowkorea.jp 96