Dia menegaskan. Profesor Na memposting sebuah artikel di akun media sosialnya yang berjudul "Depresi bukanlah dosa," yang mengungkapkan pikirannya sebagai seorang ayah dengan seorang putri seusianya. “Ini adalah insiden yang sangat memilukan dan korban
"Saya tidak bisa membayangkan emosi yang pasti dirasakan orang tua tersebut," tulisnya, "Pelaku harus membayar kejahatannya." Di sisi lain, Profesor Na berkata, "Tidak masuk akal mengharapkan media beristirahat dari depresi ketika tidak ada yang terungkap.
"Tidaklah pantas untuk mengungkit-ungkit riwayat pekerjaan satu demi satu," ia memperingatkan. “Dosa itu ada pada orang yang berbuat dosa, dan depresi bukanlah dosa,” tegasnya.
Profesor Na menambahkan, “Laporan-laporan seperti itu memperkuat prasangka terhadap depresi dan
"Hal ini akan mencegah orang yang membutuhkan perawatan untuk mendapatkannya, dan akan semakin memperburuk krisis kesehatan mental di Korea Selatan." Tingkat pengobatan depresi di Korea Selatan masih hanya 10 persen, dengan 9 dari 10 orang
Hal ini mengungkap situasi saat ini di mana orang-orang tidak menerima perawatan yang tepat. Akhirnya, Profesor Na berkata, "Bukan hanya dokter yang bisa menyelamatkan nyawa orang. Bahkan pena pun bisa menyelamatkan atau membunuh seseorang."
"Tolong jangan lupakan ini," katanya.
2025/02/12 04:55 KST
Copyrights(C) Herald wowkorea.jp 104